Selasa, 30 Juni 2009

Kopi dan Gula


Oleh : Uji Sapitu


The Canadian Diabates Association melansir bahwa mengkonsumsi kafein yang banyak terdapat dalam minuman kopi terbukti mampu meningkatkan kadungan gula darah dalam waktu relative singkat. Hal ini terjadi karena kafein secara metabolic mempengaruhi peningkatan aktivitas dari hormone adrenalin dan glukagon. Dua hormone inilah yang bertugas melepas cadangan gula dari dalam hati menjadi gula darah yang berkonsentrasi tinggi. Apa kemudian akibatnya? Dengan tingginya gula darah dalam tubuh kita maka sudah pasti kerja hormone insulin yang merubah gula darah menjadi energi menjadi bertambah, sementara cara termudah bagi insulin untuk tetap dalam status ‘siap pakai’ manakala ada sebagai cadangan lemak dalam tubuh. Jadi bisa dikatakan bahwa mengkonsumsi
kopi itu pada galibnya justru bisa memicu pembakaran cadangan lemak tubuh kita karena efek kafein ini.

Banyak riset terkait yang mendukung hal ini, seperti diungkap (Nonas (2008) didalam http://food-combine.blogspot.com) bahwa nafsu makan bisa berkurang sampai level 35% karena pengaruh kafein. Pada level yang sama juga dapat memicu semangat beraktivitas sehingga kita bisa membakar lemak sekitar 35% lebih tinggi dibandingkan tanpa efek kafein. Artinya jumlah lemak yang terbakar karena pengaruh minuman
kopi lebih banyak dari pada tidak sama sekali.

Karena alasan inilah maka banyak dari kalangan masyarakat yang peduli diet menggunakan cara ‘jalan pintas’ dengan mengkonsumsi Fat-Loss Supplement yang notabene mengandung kafein. Beberapa Fat-Loss Supplement ini seperti Metabolife, Ripped Fuel, and Beta Lean HP di mana ketiganya memadukan pengaruh kafein dan ephedra – yang terbukti efektif dalam ‘meluruhkan’ lemak tetapi dengan tetap mempertahankan jaringan otot dalam tubuh (Ma Huang). Meski sebenarnya masih banyak kontroversi tentang penggunaan ephedra ini yang perlu terus dikonfirmasi akurasinya.

Apa yang terjadi jika kita meminum
kopi dengan gula? Secara pendekatan food combine yang baik sebenarnya kombinasi keduanya kurang tepat karena tanpa diberi gula pun maka pengaruhnya akan seperti yang dipaparkan di atas. Kita bisa berdalih bahwa secara metabolic memang demikian adanya, namun secara palabilitas (penerimaan oleh indera pengecap) apakah kita bisa menikmati dengan leluasa jika mesti meminum kopi tanpa gula sekalipun? Nah sampai di sini, penulis berpendapat bahwa meminum kopi itu adalah sebuah ritual kuliner yang mesti dinikmati narasi pengalaman yang dibentangkannya sebagai minuman functional maupun ‘minuman emosional’. Anggaplah meminum kopi itu seperti meminum jamu, pahitnya dulu-manisnya kemudian, karena sebenarnya rasa manis yang autentik itu ada di dalam rasa pahit. Jadi mana yang mau dicari? ‘Manis yang autentik’ atau ‘manis yang palsu’ ya? Silakan Anda pertimbangkan. Salam coffee lover.


Uji Sapitu

Tulisan penulis perihal gula dapat didownload di sini :

Note : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Home Brewer

home brewer... Siapa takut? Ada pertanyaan, apakah dengan mempelajari citarasa kopi maka seseorang akan makin dijauhkan dengan pasan...